Sabtu, 30 Juli 2011

Tips Rotasi Ban Mobil


Sehebat apa pun ban bila tidak pernah dirotasi performanya akan lebih cepat menurun. Atau paling tidak, ban di kedua poros — depan dan belakang — tidak berfungsi maksimal. Keausan tidak merata menjadi hal paling logis mendera. Dan bisa ditebak, usia pakai ban semakin pendek.

“Rotasi ban itu perlu, terutama bila sudah mencapai 7.500 kilomter sampai 10.000 kilometer. Tujuannya agar tingkat keausannya merata. Namun rotasi ban juga caranya bermacam-macam,” jelas Singgih Aji Wibowo, Senior Research & Development Manager PT Gajah Tunggal — produsen ban GT Radial.

Menurut Singgih ada 2 sistem rotasi ban. Pertama rotasi menggunakan keempat roda. Kedua, sistem yang dilakukan pada kelima ban termasuk serep.

Rotasi 4 BanSistem pertama pun bisa dilakukan dengan cara diagonal atau segaris. Untuk cara diagonal, yang perlu diperhatikan adalah arah penggantian. Dalam sistem ini yang perlu dilakukan adalah menukar roda depan kiri dengan belakang kanan, dan ban depan kanan dengan ban belakang kiri.

Selanjutnya penggantian sistem segaris, di mana roda depan kanan ditukar pindah dengan roda depan kiri. Sementara ban belakang kanan dengan ban kiri belakang.

Rotasi 5 BanSementara sistem untuk kelima ban caranya relatif mirip dengan cara diagonal. Ban serep dipasang di kiri belakang, selanjutnya ban kiri belakang pindah ke kiri depan. Ban depan kiri dipindah menyilang ke kanan belakang dan kanan belakang pindah ke kanan depan. Dan akhirnya ban depan kananlah yang menjadi ban serep.

Apapun sistem yang Anda aplikasikan, cara ini jelas memperpanjang usia pakai ban dan memaksimalkan fungsinya.

Sumber: dapurpacu.com

Jok Mobil akan Menjadi Pendeteksi Penyakit Jantung


Para ahli rekayasa dari Ford European Research Centre dan Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule, Aachen University, tengah mengembangkan jok ‘cerdas’ yang dapat mendeteksi sejumlah penyakit pengemudi mobil.

Prototipe jok menggunakan teknologi ECG (electrocardiograph) untuk memantau impuls-impuls listrik dari jantung dan mendeteksi tanda-tanda penyimpangan sehingga dapat memberi peringatan dini kepada pengemudi guna berkunjung ke dokter. Bisa jadi penyimpangan dapat menyebabkan dia terkena serangan jantung atau masalah kardiovaskular lainnya.

“Sistem ini akan dapat mendeteksi jika seseorang mengalami masalah kardiovaskular, misalnya serangan jantung, dan juga bisa digunakan untuk mendeteksi gejala kondisi lain seperti tekanan darah tinggi atau ketidakseimbangan elektrolit,” kata Dr Achim Lindner, petugas medis dari Pusat Penelitian Ford. “Sistem ini bukan hanya menguntungkan pengemudi, tetapi juga bisa membuat jalan lebih aman untuk semua pengguna.”

Ford menguji kursi prototipe untuk memahami bagaimana bisa bekerja dengan sistem-sistem canggih lainnya yang diaplikasi mobil-mobil Ford. Sistem ini akan memperingatkan supir untuk menepi dan mencari perhatian medis, atau mungkin bahkan mengirimkan peringatan kepada para pekerja darurat medis jika diperlukan.

Suatu penelitian di Eropa oleh Methods of Roadside Testing and Assessment menunjukkan 23% dari jumlah pengemudi yang mengidap gangguan kardiovaskuler mengalami kecelakaan. Dan bagi mereka pengidap angina (nyeri dada) angkanya lebih tinggi lagi, yakni 52%.

Pada 2025, populasi penduduk berusia 65 tahun atau lebih diprediksi mencapai 23% di Eropa. Jumlahnya naik menjadi 23% pada 2025. Dengan jumlah tersebut menandakan jumlah pengemudi yang terkena serangan jantung akan meningkat signifikan.

Sumber: dapurpacu.com

Contact us

Nama

Email *

Pesan *